Selasa, 10 April 2018

Segaris Takdir


Sampaikan salamku pada desir waktu
Melipir mengarah untuk mimpi yang satu
Tiap-tiap rajut secerca harap
Meninggi menjulang
hingga ujung-ujung petala
Mimpi segaris takdir
Demi hidup yang berkehidupan
Menjadi manusia yang memanusiakan
Sebab mimpi harus diraih
Sebab ambisi tak boleh dikurasi
Bintang-bintang menyala terang
Temaram hidup mulai bercahaya
Nestapa kupeluk erat salam berpisah menuju bahagia
Hingga nanti bayang kelam terbias cahaya
Teduh meneduhkan hati yang rapuh
Hasai ditikam kerasnya hidup
Sampai senja menyapaku
Dengan senyum segaris takdir
Sampailahku pada usaha yang aku usahakan
Pada mimpi yang aku mimpikan
Pada rentetan jawab dalam tanya seribu makna

Jumat, 30 Maret 2018

Pamit


Jika memang tak ingin, katakanlah.
Aku tidak pandai dalam bahasa tubuh dan tak mengerti apa yang disampaikan olehmu melalui sikap itu.
Aku mengira semua akan baik-baik saja meski aku tahu ada yang tidak baik-baik saja.
Maaf, jika selama ini sikapku salah. Aku tahu aku bukanlah apa-apa yang kamu inginkan.
Dan maaf untuk semua waktumu yang sia-sia untukku.
Aku, egois.
Benar adanya jika begitu.
Aku, bukan hal-hal yg diinginkan.
Tatapan dingin dan menusuk kalbu itu selalu aku dapatkan.
Kemanakah tempat untuk bersandar dari rasa takut?
Adakah yg peduli? Adakah?
Waktuku tinggal sedikit, aku tahu itu.
Maaf jika selama ini aku selalu mengganggu waktumu.
Aku pamit

Rabu, 21 Maret 2018

Sepucuk Surat Merindu

Sore hari yang sama, dengan seikat rona merah dilangit lepas. Berpendar menghiasi sayap harapan yang silih terbang. Aku memangku setiap hal tentangmu, tidak pernah melewatkan apapun yang sudah kamu lewati.

Sebuah jarak membuat retak. Meniti tiap lorong yang mengisi kecemasan. Waktu berteman dengan jarak yang membuatku kesal. Lama dan jauh seolah bermain perannya masing-masing. Sepakat menghancurkan dua hati yang mudah menyerah.

Tapi tidak bagiku yang masih tetap disini. Hingga kini aku berusaha berteman dengan waktu menjalin persahabatan dengan jarak, siapa tahu mereka bisa menjadi lebih baik padaku. Sampai saatnya tiba, semoga teman dan sahabatku dapat membawaku pada orang yang selalu aku tunggu.

Adakalanya aku ingin menghindari rindu ini. Namun apa daya, sebab kemana pun aku pergi, kemana pun ia pergi, ia tetap bintangnya malam ini. Dan dengan senang hati aku akan tetap menikmati setiap rindu ini, walaupun terkadang tidak menyenangkan.

Hanya itu yang aku miliki darimu, sesuatu yang tak perlu permisi untuk mendapatkannya. Aku berhak untuk menarik dan mengulurkan setiap rinduku. Aku pun berhak untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk merindukanmu. Namun ternyata, tidak ada waktu yang tepat. Setiap saat aku merindukanmu.


ItsmeLiyer
Ditempat Peraduan
Kamis, 22 Maret 2018

Senin, 05 Maret 2018

Ma Mayin


Entahhhlah...
Aku begituu mengharapkanmu
Begitu menginginkanmu
Kau harus tahu, setiap kali aku mendengar suaramu dadaku berdebar, entahlah apa yang aku rasakan saat itu.
Menemukanmu ditengah nestapa dalam diri.
Menemukanmu diantara rimbanya pilu.
Kau hadir...
Mengulas senyumku kembali.
Memberi arti suka yang baru.
Ribuan warna bertaburan kala kau dan aku bersenda gurau.
Sejuk rasanya kala ku bersandar di pundakmu.
Menikmati riuh riang burung di taman.
Kau menatapku, terus menatapku.
Aku tersipu malu.
Andai kau tahu,
Pada saat bersamamu aku bahagia.
Ingin rasanya menghentikan waktu.
Menatapmu, tertawa bersama, adalah hal terindah.
Namun,
Saat waktunya tiba kau harus pergi.
Diriku seperti kehilangan sebagian raga.
Ingin menahanmu aku tak bisa.
Lara hati melihatmu pergi.
Mataku membendung ribuan butiran hangat.
Aku tak ingin menjatuhkannya dihadapanmu.
Tersenyum simpul dengan lambaian yang semakin tumpul.
Hatiku berkata, 'Aku Menyayangimu, jangan pergi'

Itsme Liyer
Diruang yang sesak, 05 Maret 2018

Sabtu, 03 Maret 2018

Di Penghujung Senja


Bersamaan dengan gemericik air yang mengalun indah
Dengan itu juga aku menatapnya
Lengkung bibirnya yang menawan
Menarik sukmaku untuk menggapainya

Dibawah pantulan cahaya jingga
Pipi indahnya merona
Menyelinap kedalam rasa
Berdegup kencang terasa di dada

Semakin memudar lambaiannya
Pertanda bahwa dia telah bersiap
Membuatku sadar terkesiap
Menapaki alur yang dibuatnya

Dua bintang berpijar diantara rembulan
Berpendar-pendar kilaunya
Kicau burung semakin sunyi
Meringkuk rapat di sarangnya

Di penghujung senja saat itu
Sayup kudengar pilunya kenangan
Merintih menyibak kesibukan
Kudekap indah rayuan malam



Itsme Liyer
RamaiKota, 03 Maret 2018